Crazy Little Thing Called Love

Ditengah hiruk pikuk arus deadline kerjaan, seperti ada perasaan yang mengganggu hati. Saya tahu ini pasti sisa-sisa perbincangan semalam dengan seorang kawan lama. Kami sedikit berpikir mainstream tentang apa yang mereka sebut cinta. Cinta yang menggebu-gebu dan terlihat semu. Bahkan sampai sekarang pun saya belum bisa mendapat deskripsi yang jelas tentang itu. Saya hanya bisa melihat sedikit gambaran kasar cinta lewat layar kaca.

Mungkin saya perlu berterima kasih kepada Dia sang Maha Oke yang telah menyisihkan seorang teman ketika saya butuh pemecahan. Dia bukan Wali, hanya seorang kawan lama namun dia mampu menunjukkan taji dan seketika membalikkan suasana hati. Mungkin terkesan terlambat tapi saya menikmati semua proses ini. Saya pernah menjadi yang disalahkan. Saya pernah menjadi yang dibenci. Saya pernah menjadi yang ditinggalkan. Hanya karena saya tidak bisa membalas seperti apa yang mereka rasakan. Bukan benci. Bukan. Sungguh. Mungkin ini yang mereka sebut perasaan. Perasaan yang tidak dapat diatur oleh seorang sutradara kawakan sekalipun. 


Saya masih merekam jelas setiap kata dari kawan saya,
"Untuk mereka yang kekanak-kanakan, terkadang mereka berharap lebih tentang hal spesial yang kamu inginkan hanya sebatas teman. Kembali ke diri kamu, tentunya kamu perlu lebih berhati-hati dalam menjalin kedekatan. Pola pikir setiap individu berbeda. Dari kamu mungkin mencoba bersikap biasa, tetapi merekalah yang akan bersikap berbeda. Itu sebabnya perlu kehati-hatian dalam kamu bersikap dengan orang yang berkepribadian kekanak-kanakan. Mereka akan bersikap berbeda ketika keinginan mereka tidak terpenuhi. Mereka menjauh perlahan itu kemungkinan terburuknya. Aku seorang pria, aku pernah mengalami fase itu. Seiring pendewasaan diri, perlahan aku bisa lebih dewasa dalam hal ini. Yang terpenting ikuti kata hatimu. Ketika 'tidak bisa' katakan 'tidak bisa' dan dari awal menjalin hubungan kamu perlu kehati-hatian dalam bersikap dengan lawan jenismu."

Mungkin saya dianggap menyakiti. Maafkan. Maafkan atas semua sikap dan kilaf. Biarkan saya belajar mengenai kehidupan dari setiap kesalahan yang pernah saya buat kepada kalian. Tapi sungguh saya tidak ingin sedikitpun menyakiti. Beri saya sedikit waktu untuk sama-sama belajar menjadi dewasa bersama kalian. 

Saya tidak perlu menyebutkan identitas si kawan lama. Biarkan dia membaca tulisan ini. Ini bentuk apresiasi saya untuk pertemanan kami. Thanks Bro! Thanks for being my partner incrime! Cheers!

salam,
lina dh

No comments:

Post a Comment