Thank You For Coming Into My Life

Sekarang ini mengumbar suasana hati mungkin sedang menjadi tren dikalangan kawula muda. Entah apa tujuan mereka, kadang saya sendiri pun tidak begitu paham. Seperti di salah satu jejaring sosial yang sekarang mulai banyak ditinggalkan, mereka masih berlomba-lomba saling menceritakan tentang kegundahan hati. Bahkan terkadang sumpah serapah pun kerap terlontar. Ya namanya juga sosial media, milik semua orang kan? Mungkin mereka menganggap dengan meluapkan lewat tulisan bisa sedikit mengurangi sesak di hati mereka. Kali ini saya sependapat dengan mereka :)
Ketika saya menulis bisa dipastikan saya sedang dalam keadaan bahagia yang tak terhingga atau sedih luar biasa. Saya bisa menulis dengan senyum bahagia atau pun air mata duka. Beruntunglah saya hidup dengan hati yang masih bekerja di batas normal. Ketika bahagia saya pun akan seperti mereka, tertawa lepas tanpa beban. Tetapi jika kesedihan yang memilih datang saya pun sama seperti mereka, sedih dan tidak jarang air mata menunjukkan keberadaannya. Kenapa saya harus menolak sedih? Saya diciptakan oleh Dia Sang Maha dengan sempurna. Sedih itu proses seperti bahagia. Bukankah kita harus seimbang agar tetap bisa terus berdiri?


Terkadang dalam hidup tidak semua berjalan seperti apa yang kita mau. Tetapi sangat bisa dipastikan semua berjalan seperti apa yang kita butuhkan. Walaupun bagi mata manusia terkesan tidak adil, tapi percayalah semua sudah sesuai takarannya masing-masing. Jalan terbaik dan satu-satunya yang bisa ditempuh adalah mencoba berdamai dan bersahabat dengan takdir. Takdir tidak akan melukai tapi menguatkan. Takdir tidak akan memisahkan tapi mempertemukan.

Terima kasih......Untuk dia yang telah mau dengan susah payah meruntuhkan tembok ke-aku-an saya. Untuk dia yang bisa memahami sisi wanita saya, yang mungkin saya sendiri sudah menyerah menghadapinya. Untuk dia yang ada disetiap saya tidak ingin sendiri tetapi benci di keramaian. Untuk dia yang bisa mendinginkan kepala saya di tengah tuntutan kerja yang semakin panas. Untuk dia yang bersedia berpura-pura tuli sebentar ketika suara amarah saya begitu memekakkan telinga. Untuk dia yang bersedia berpura-pura tidak sibuk ketika saya meminta hampir semua waktunya. Iya, terima kasih untuk dia.

Kalau pun ada kebohongan-kebohongan kecil dari dia yang saya tidak tahu mungkin sebaiknya saya memang tidak perlu tahu. Saya sudah sangat cukup dengan dia yang saya kenal sekarang. Saya tidak pernah sedikitpun menyesal dipertemukan dengan dia saat ini. Karena bagi saya tidak ada satu hal pun yang kebetulan. Tidak pernah ada. Dia dan saya tidak pernah tahu kemana kami akan berujung. Dia dan saya juga tidak pernah tahu kapan rencana yang sudah masing-masing dari kami susun, akan menemui kegagalan. Dia dan saya hanya menjalani apa yang sudah menjadi ketetapan dan yang tidak mungkin bisa dilawan. Biarkan dia dan saya berbahagia dengan cara kami. Semoga kalian pun begitu. Selamat berbahagia!

salam,
linadh

No comments:

Post a Comment