Me Vs Wanita

Sore kemarin saya diminta oleh seorang teman untuk menemani berbelanja pakaian. Saya pun mengiyakan. Berderet-deret baju digantung. Warna-warni yang begitu memaksa mata, walaupun hanya untuk sekedar meliriknya saja. Teman saya tampak begitu kebingungan untuk menentukan pilihan. Sesekali dia bertanya kepada saya apakah model yang ini bagus, apakah warna yang ini cocok untuk kulitnya, apakah model ini berbeda dengan yang sedang dia pakai, bla bla bla. Sampai akhirnya ditemukan dua baju, satu pilihan dia dan satu pilihan saya. Memasuki ruang ganti, mencoba semuanya sambil mematut diri di kaca. Sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk tidak mengambil satu pun. Oh wanita!

Kadang sebagai wanita, saya seringkali merasa kerepotan ketika harus mengikuti perkembangan fashion. Terutama untuk sesuatu yang feminim. Entah kenapa saya lebih senang disebut keren daripada cantik. Mungkin karena saya tidak secantik para vokal grup dari negeri ginseng. Dibanding mereka, saya lebih takut untuk menyiksa diri demi sebuah kata cantik. Dibanding mereka, saya tidak punya cukup uang untuk sekedar melakukan liposuction.


Saya seorang wanita dengan angka dua puluh tiga. Tidak pandai bahkan tidak bisa berdandan. Hanya punya sepasang wedges yang dibeli di pusat grosir dengan harga yang maha murah. Tidak berteman akrab dengan high heels dan hanya menjalin ikatan emosional dengan sneakers. Hanya skinny jeans dan kaos yang saya perbolehkan menjamah tubuh saya sehari-harinya. Mereka menyamankan saya lebih dari apapun. Sangat menyenangi acara pasar malam yang menyediakan stand pakaian bekas. Satu lagi, saya tidak suka mandi tapi saya wajib untuk tetap wangi. Yeah, that's my rule and not your business! Hahaha...

Teruntuk jodoh saya kelak,
Tolong maafkan saya yang tidak bisa menjadi cantik seperti mereka.
Tolong maafkan saya yang tidak tahu fungsi alat rias.
Tolong maafkan saya yang begitu sangat sederhana dalam berpenampilan.
Tolong maafkan saya yang telah membiarkan tubuh saya dijamah barang-barang tidak bermerk.
Tolong maafkan saya yang terlalu mencintai awul-awul (read; barang second).
Tolong maafkan saya...

Sudah saya cukupkan saja tulisan ini. Saya akan tetap menjadi diri sendiri dan tidak tertarik untuk menjadi mereka. Entah nanti pada suatu saat saya bisa menemukan kenyaman yang lain yang terpenting itu tetap diri saya. Dan tidak pernah terlintas di benak saya untuk menjelma menjadi mereka. Sekali lagi, abaikan saja blog ini dan berbahagialah! Cheers!

salam,
lina dh

No comments:

Post a Comment