Sore tadi selepas pulang kantor saya mampir ke rumah
seorang kawan lama semasa SMA. Sebenarnya saya tertarik kesana karena kopi dan
kebab yang dia tawarkan bukan karena saya ingin mendengar cerita dia. Hahaha...
Di awal-awal percakapan kami, kami sangat menikmati. Maksud saya, kami sangat menikmati di setiap gigitan kebab yang masuk ke mulut. Entah kenapa, rasa kebab bisa begitu enaknya. Sungguh ini bukan dusta. Oh oke baiklah, lupakan soal kebab. Biarkan itu menjadi misteri.
Singkat cerita, kawan lama saya ini ternyata sudah berani mengambil keputusan besar untuk masa depannya. Di akhir tahun nanti dia akan melamar perempuan yang menurut dia perempuan itu adalah pilihan bapaknya. Awalnya saya kaget. Kemudian saya ajukan pertanyaan, “atas dasar apa tiba-tiba kamu berubah pikiran yang dulunya menolak sampai pada akhirnya kamu mau menerima dia?”. Dia pun menjawab dengan singkat, “rejeki Allah siapa yang tahu”. Oh iya, jodoh juga salah satu rejeki dari Allah. Oke bro, kali ini kamu lebih pintar. Hahaha.
Di awal-awal percakapan kami, kami sangat menikmati. Maksud saya, kami sangat menikmati di setiap gigitan kebab yang masuk ke mulut. Entah kenapa, rasa kebab bisa begitu enaknya. Sungguh ini bukan dusta. Oh oke baiklah, lupakan soal kebab. Biarkan itu menjadi misteri.
Singkat cerita, kawan lama saya ini ternyata sudah berani mengambil keputusan besar untuk masa depannya. Di akhir tahun nanti dia akan melamar perempuan yang menurut dia perempuan itu adalah pilihan bapaknya. Awalnya saya kaget. Kemudian saya ajukan pertanyaan, “atas dasar apa tiba-tiba kamu berubah pikiran yang dulunya menolak sampai pada akhirnya kamu mau menerima dia?”. Dia pun menjawab dengan singkat, “rejeki Allah siapa yang tahu”. Oh iya, jodoh juga salah satu rejeki dari Allah. Oke bro, kali ini kamu lebih pintar. Hahaha.